Jakarta: Di Indonesia pasar perangkat gaming terbaru yaitu jenis handheld gaming kini kian populer. Saat ini sudah tersedia pilihan mulai dari Nintendo Switch, Ayaneo Geek, Asus ROG Ally, dan yang terbaru adalah Lenovo Legion Go.
Nintendo Switch sebetulnya adalah pelopor dari bangkitnya handheld gaming yang dipopulerkan oleh perangkat Gamebot, Sega Gameboy, Nintendo DS. Namun tren handheld gaming yang makin powerful dipicu hadirnya Steam Deck, sayangnya satu ini tidak dijual di Indonesia.
Bagi kamu yang ingin memiliki handheld gaming, tentu saja disarankan untuk memilih yang dijual resmi di Indonesia. Hal ini karena biasanya tersedia garansi lokal yang bisa diklaim dibandingkan Steam Deck yang tidak dijual resmi di sini.
Berikut ini spesifikasi, fitur, dan perbandingan handheld gaming yang dijual di Indonesia.
Jeda beberapa hari setelah Ayaneo Geek, Asus ROG Ally tiba di Indonesia. Kedatangannya dinantikan karena sempat dipamerkan di global lebih dulu dan tentu saja mengusung brand Asus ROG dan tampilan dibalut warna putih. Bodi yang ringan dan ukurannya yang tepat membuatnya sangat layak disebut sebagai handheld gaming.
Asus ROG Ally bisa dibilang jauh lebih unggul dari segi tampilan dan desain meskipun tidak seperti Nintendo Switch. Kemampuan Asus ROG Ally juga bisa menjadi PC atau laptop, jadi tidak sebatas handheld gaming.
Perangkat satu ini memang spesial karena menjadi yang pertama menggunakan chipset atau prosesor khusus buatan AMD untuk handheld gaming yaitu AMD Ryzen Z1 dan Ryzen Z1 Extreme. Ya, Asus ROG Ally hadir dalam dua varian yang dibedakan dari spesifikasi dapur pacunya.
Layar tujuh inci resolusi FHD 1920 x 1080p IPS dilengkapi refresh rate 120Hz. Di dalamnya ada GPU AMD Radeon Graphics generasi arsitektur RDNA 3 yang sama seperti di PS5 dan laptop gaming terkini. Kecerahannya hingga 500 nits. Ia juga dapat terhubung dengan GPU eksternal ROG XG Mobile.
Makanya Asus ROG Ally masih lebih tinggi posisinya dari Ayaneo Geek yang hadir lebih dulu di Indonesia. Harganya juga menarik karena setara dengan hape Asus ROG Phone sekalipun.
ROG Ally juga dibekali dengan sistem pendingin inovatif bernama ROG Zero Gravity Thermal System. Sistem pendingin yang memanfaatkan dua kipas khusus tersebut didesain agar performa pendinginan tetap optimal meski ROG Ally digunakan di berbagai posisi serta orientasi penggunaan.
Tata letak tombol ROG Ally mengikuti desain controller Xbox, sehingga setiap tombol mudah digapai dan punya gaya tekan yang nyaman. ROG Ally juga akan dibekali dengan Armoury Crate Special Edition (SE).
Versi khusus Armoury Crate tersebut tidak hanya sekadar tampil sebagai pusat kontrol dari semua sistem di ROG Ally. Melalui Armoury Crate SE, gamers dapat langsung mengakses semua game sekaligus mengatur profile untuk setiap game kesayangannya.
Asus ROG Ally versi AMD Ryzen Z1 Extreme dibanderol mulai dari Rp11.299.000 sementara versi Ryzen Z1 justru lebih murah yaitu Rp9.599.000. Ini membuatnya sebagai handheld gaming terkini dengan
Nintendo Switch hadir dalam dua model yaitu yang biasa dan Nintendo Switch Lite. Perbedaan paling jelas adalah ukuran layar. Nintendo Switch reguler punya layar 6,2 inci sementara versi Lite 5,5 inci.
Hal ini juga berpengaruh ke baterainya. Versi reguler atau yang besar punya kapasitas 4.310 mAh sementara Nintendo Switch Lite hanya 3.570 mAh.
Fiturnya juga berbeda, jika Nintendo Switch biasa punya kontroler Joycon di kanan kiri yang bisa dilepas untuk multiplayer, fitur ini tidak bisa dijumpai pada Nintendo Switch Lite. Nintendo Switch Lite tidak bisa tersambung ke televisi. Fitur ini berbeda dengan Nintendo Switch biasa yang bisa menggunakan docking untuk terhubung ke televisi atau layar.
Game untuk Nintendo Switch bisa dimainkan lewat catridge kecil seperti kartu memori atau download versi digital. Game yang tersedia terbatas pada game buatan Nintendo atau game yang di-porting.
Sayangnya game versi porting sudah sering dikeluhkan karena performanya kurang bagus saat dimainkan di Nintendo Switch. Tidak ketinggalan versi terbaru adalah Nintendo Switch OLED yang memiliki layar lebih bagus dan ukuran 7 inci.
Nama Ayaneo pasti asing meskipun mereka sudah beberapa kali merilis varian dari handheld gaming. Ayaneo sendiri awalnya adalah perusahaan startup yang mendapatkan pendanaan lewat crowdfunding di tahun 2020.
Di Indonesia, Ayaneo Geek dirilis dengan menggandeng jaringan ritel Urban Republic, bagian dari Erajaya. Mirip dengan Steam Deck, handheld gaming ini menggunakan sistem operasi Windows 11 dengan menyajikan layar tujuh inci 1280 x 800p refresh rate 90Hz.
Perbedaannya dari Steam Deck adalah game yang bisa dimainkan tidak terikat pada platform Steam jadi seperti PC atau laptop, bisa mengunduh game dari Ubisoft Connect, Epic Games, dan lainnya.
Desainnya tidak inovatif seperti Nintendo Switch melainkan terinspirasi dari Steam Deck tapi dibuat lebih ergonomis seperti PS Vita atau PSP. Makanya tampilannya kurang menarik, menurut kami.
Di sini ditawarkan spesifikasi yang serupa seperti laptop mainstream tapi tipis, misalnya prosesor AMD Ryzen U Series dari lini Ryzen 7 6800U. Tersedia GPU AMD Radeon 680M dan dukungan RAM 16GB LPDDR5 6400 MHz serta storage 512GB berbasis M.2 SSD PCIe 3.0 yang masih bisa ditambah.
Jika dilihat dari spesifikasinya memang terasa mirip laptop gaming entry-level. Tersedia aksesori berupa docking yang membuatnya bisa terhubung ke layar dan menjadi sebuah PC. Harga unit Ayaneo Geek terpantau saat ini di angka Rp11,4 juta.
Sempat muncul di global, Lenovo Indonesia rupanya optimistis dengan pasar handheld gaming di Indonesia dengan merilis Lenovo Legion Go. Sayangnya, perangkat ini agak kalah ramai dari Asus ROG Ally karena harga yang dipasangnya.
Lenovo Legion Go sama-sama menggunakan chipset AMD Ryzen Z1 Extreme tapi dengan harga jual mulai dari Rp13.499.000. Desainnya sama menarik tapi dibalut warna hitam, bentuknya bisa dianggap sebagai lebih baik dari Ayaneo Geek
Secara dimensi Lenovo Legion Go paling besar karena menawarkan layar 8,8 inci di resolusi tinggi yaitu QHD+ dengan refresh rate 144Hz. Melihat beberapa spesifikasi ini saja bisa dianggap wajar jika harga yang ditawarkan lebih mahal dari Asus ROG Ally.
Tidak cuma itu, kontrol di sisi kanan dan kiri Lenovo Legion Go bisa dilepas mejadi joystick. Jadi desainnya juga meniru Nintendo Switch namun dengan performa sekelas PC atau laptop gaming.
Spesifikasi lainnya juga masih mirip dengan varian Asus ROG Ally yaitu RAM hingga 16GB dan SSD PCIe Gen4 1TB yang masih bisa ditambah MicroSD 2TB.
Seiring perkembangan waktu, perangkat untuk bermain game memiliki bentuk yang semakin mungil agar bisa dibawa ke mana-mana. Ini berangkat dari kehadiran Nintendo Switch ke pasaran sebagai satu-satunya handheld dengan kualitas gameplay yang setara dengan konsol terbaik kala itu, yakni PlayStation 4 dan Xbox One.
Di tahun 2018, Nintendo Switch merupakan satu-satunya perangkat yang bisa memainkan game AAA setara PC dan konsol. Tidak pernah sebelumnya pengguna dapat memainkan The Witcher 3 dan Skyrim sambil menunggu antrean di cafe atau sembari selonjoran di kasur dengan nyaman.
Masalahnya cuman satu, Nintendo Switch lebih condong menghadirkan game first party seperti Pokemon dan Zelda ketimbang game AAA yang biasa dimainkan di PC. Memang sejumlah port game AAA turut hadir di Switch, tapi jumlahnya cukup terbatas.
Barulah kemudian muncul sebuah permintaan akan PC gaming dalam bentuk handheld. Kini pengguna dapat bermain game AAA dengan grafis berat pada perangkat handheld alih-alih terbatas hanya memainkan game yang hanya tersedia untuk Switch.
Mulai dari ASUS, Lenovo, hingga Steam, banyak perusahaan yang mulai melihat tingginya pasar gaming handheld dan mulai mengeluarkan produk unggulannya masing-masing. Berikut ini adalah daftar handheld gaming PC terbaik yang tersedia di pasaran global maupun Indonesia.
ASUS ROG Ally (2023)
7 inci FHD 1920 x 1080 piksel, 120 Hz, touchscreen
hingga AMD Ryzen™ Z1 Extreme
AMD Radeon Graphics (AMD RDNA 3)
16GB LPDDR5 on board (6400MT/s dual channel)
512GB PCIe® 4.0 NVMe™ M.2 SSD (2230)
1x 3.5mm Combo Audio Jack 1x ROG XG Mobile Interface and USB Type-C combo port (with USB 3.2 Gen2, support DisplayPort™ 1.4) 1x UHS-II microSD card reader (supports SD, SDXC and SDHC)
Wi-Fi 6E(802.11ax) (Triple band) 2*2 + Bluetooth® 5.2
40WHrs, 4S1P, 4-cell Li-ion
Untuk gamer yang lebih memerlukan portabilitas, ASUS ROG Ally akan menjadi "ally" (kawan) sejati Anda. Ukuran bodinya lebih kecil dan juga ringan, dengan bodi seberat 608 gram serta mendukung tua tombol makro di belakang untuk gaming yang nyaman.
Ukuran layarnya 7 inci pada laju penyegaran 120 Hz untuk visual yang mulus, tergolong kecil namun sepadan dengan kenyamanan genggam yang didapat. Layar tersebut memiliki waktu respons 7 milidetik serta sanggup tampilkan gamut warna sRGB 100 persen.
Pada sisi speaker, perangkat ini tawarkan dua speaker yang menghadap ke depan menggunakan daya 2 watt. Hadir pula dengan teknologi pemrosesan Dolby Atmos, membuat suara speaker terdengar lantang dan kaya akan detail.
Kendati spesifikasi hardware ASUS ROG Ally (2023) ini sangat kuat untuk gaming tingkat berat, namun pengguna diberi pilihan untuk menambah kekuatannya. Ya, dengan aksesoris tambahan bernama XG Mobile Dock, ASUS ROG Ally (2023) mendukung eGPU hingga NVIDIA RTX 4000 series. Pas untuk yang ingin bermain game AAA di pengaturan mentok kanan.
Yang cukup disayangkan ASUS ROG Ally hanya dibekali dengan baterai 40 Whr yang hanya mendukung gameplay intens selama 2,5 jam. Kendati kurang tahan lama untuk gaming, namun perangkat ini masih awet ketika dipakai menonton streaming video, dilansir dari Izzi Boye di YouTube.
Sebenarnya ada trik untuk memperkuat daya tahan baterai handheld ini saat gaming, namun ini mengharuskan Anda bermain pada daya yang lebih rendah, 15 watt atau 10 watt misalnya, yang membuat performanya menurun cukup drastis. Beberapa game AAA sampai bisa menyentuh di bawah 30 FPS jika menggunakan daya lebih rendah.
Kalau membutuhkan perangkat handheld gaming yang cukup kuat untuk jalankan game AAA terbaru dengan bodi yang ergonomis, ASUS ROG Ally (2023) ini sungguh bisa diandalkan. Ingin rasakan permainan lebih lama? Anda mesti andalkan power bank dengan daya yang besar.
Untuk performa dan portabilitas yang ditawarkan, ASUS ROG Ally (2023) dibanderol dengan cukup murah yakni Rp9.599.000 untuk versi AMD Ryzen Z1 dan Rp11.299.000 untuk versi AMD Ryzen Z1 Extreme.
IPS 8.8 inci QHD+ (2560 x 1600), 16:10 10-point Touch (144Hz/97% DCI-P3/500nits/83%AAR
hingga AMD Ryzen Z1 Extreme
256 GB, 512 GB, 1 TB PCIe 4.0 NVMe M.2
2 x 2 Wi-Fi 6E (802.11 ax), Bluetooth 5.2
jack audio 3.5 mm, 1x USB Type-C (USB 4.0, DisplayPort 1.4, Power Delivery 3.0), 1x microSD card reader (Top), dan 1x USB Type-C (Bottom)
2-cell 49.2 WHr, Super Rapid Charge, baterai joystick 900 mAh
Lenovo Legion Go adalah handheld gaming yang mesti dipilih jika Anda menyukai cara bermain yang fleksibel sekaligus layar yang lebih memukau. Layar perangkat ini berada dalam laju 144 Hz pada resolusi yang super tajam. Lebih besar dari 120 Hz pada ASUS ROG Ally sehingga lebih pas untuk game-game eSport.
Ukuran layarnya adalah 8,8 inci, jadi pastinya bakal puas sekali memainkan game dengan pemandangan indah seperti Red Dead Redemption 2 atau The Witcher 3. Disayangkan, tidak ada variable refresh rate seperti pada ASUS ROG Ally. Jadi, harap maklum jika sesekali terjadi tearing di layar.
Keunikan dari Lenovo Legion Go adalah kontroler-nya yang bisa dicabut-pasang seperti Nintendo Switch. Agar terhindar dari isu drifting seperti yang sering terjadi pada Switch, perangkat ini menggunakan joystick hall-effect yang mempergunakan sensor untuk mendeteksi posisi melalui medan magnet kecil.
Ketika dicabut, kontroler sebelah kanan bisa digunakan seperti mouse. Beberapa game, seperti pada genre point and click dan FPS, akan membutuhkan mouse untuk pengalaman lebih nyaman. Kalau Anda penyuka dua genre ini, fitur bernama "FPS Mode" pada Lenovo Legion Go tersebut wajib dicoba.
Dengan ukurannya yang lebih besar, Lenovo Legion Go juga memiliki port USB-C yang lebih banyak, yakni ada dua. Sejumlah pesaingnya hanya memiliki satu port saja, dan ini bisa menyulitkan pengguna saat ingin charging sambil memakai perangkat pada posisi bermacam-macam.
Untuk pemain yang menyukai game FPS di layar dengan refresh rate dan ukuran lebih luas, Lenovo Legion Go adalah opsi yang lebih tepat. Tapi, walau memiliki baterai lebih besar dari ASUS ROG Ally, ketahanan baterai handheld ini justru tidak beda jauh, dilansir dari Digital Trends.
Di Indonesia, Lenovo Legion Go hadir dengan harga rilis Rp13.499.000. Satu catatan soal handheld ini, ukurannya agak berat di angka 865 gram. Keuntungannya, handheld bisa mengusung mode tabletop (ditaruh di atas meja) dengan joystick yang bisa dicabut. Cara ini bisa dilakukan jika tangan kelelahan memegang perangkat dalam waktu lama.
7” FHD (1920x1080), 120Hz, IPS-Level, touchscreen
hingga Intel® Core™ Ultra 7
512 GB M.2 2230 SSD (NVMe PCIe Gen4)
Intel® Killer™ BE Wi-Fi 7 + Bluetooth 5.4
1x Type-C (USB / DP / Thunderbolt™ 4) with PD charging 1x Micro SD Card Reader
MSI Claw dirancang untuk memberikan kenyamanan grip berlebih dibandingkan mayoritas handheld lainnya. Berdasarkan mayoritas review yang saya lihat, banyak yang memuji desain MSI Claw yang ergonomis dan nyaman digunakan. Memiliki bobot 675 gram, MSI Claw bisa dimainkan dalam waktu lama tanpa bikin pegal.
Layout tombol pada perangkat ini pun tidak jauh berbeda dengan mayoritas rival lain, dengan tombol A, B, X, dan Y seperti kontroler Xbox, dua tombol makro di belakang, dan dua speaker yang menghadap wajah pengguna.
Tombol bahu dan analog di perangkat ini juga menggunakan hall effect sehingga menutup kemungkinan terjadinya drifting pada pemakaian jangka panjang.
MSI Claw turut menawarkan mode power yang lebih beragam, salah satunya adalah Mode Super Saver yang dapat meningkatkan efisiensi daya, serta mode watt yang lebih tinggi dibandingkan pada ASUS ROG Ally.
Lalu, fitur unik pada MSI Claw adalah kehadiran mode kecerdasan buatan (AI) yang dapat menyesuaikan mode secara otomatis berdasarkan pola pemakaian pengguna.
Kapasitas baterai MSI Claw juga lebih besar di angka 53 WHr. Jadi, Anda bisa menikmati durasi gaming lebih panjang, atau meningkatkan performa dengan meningkatkan wattage-nya.
Dan, satu fitur yang paling saya suka dari perangkat ini adalah dukungan port Thunderbolt 4 USB-C yang dapat digunakan untuk menghubungkan eGPU dengan enclosure pihak ketiga.
MSI Claw A1M dijual dengan harga Rp11.499.000 untuk varian Intel Ultra 5-135H, sedangkan varian Intel Ultra 7-155H dibanderol dengan harga Rp12.699.000 di Indonesia.
7 inci, 1920 x 1200 piksel, touchscreen
hingga 32 GB LPDDR5 @6400 MT/s
hingga 2 TB High-Speed PCI-E 3.0 M.2 2280 SSD
Wi-Fi 6 dan Bluetooth 5.2
Tiga port USB-C, MicroSD, Headphone Jack
Kendati berasal dari merk yang tidak se-terkenal Lenovo, MSI, dan ASUS, Anda tetap bisa merasakan kualitas handheld premium dalam produk Ayaneo Geek. Ini merupakan handheld berbasiskan Windows 11 yang dibekali spesifikasi mumpuni untuk angkat game berat.
Dari sisi desain, perangkat ini terasa compact dan nyaman di tangan. Tombol-tombol dan posisi stick juga berada di posisi yang familiar dengan perangkat lain pada umumnya.
Satu catatan, dua tombol makro di perangkat ini tidak terletak di belakang, namun di sebelah tombol bahu L dan R. Ini mungkin akan membutuhkan pembiasaan untuk mulai memakainya dengan nyaman. Tapi, jika Anda sudah terbiasa dengan tombol makro di belakang seperti pada ASUS ROG Ally dan MSI Claw, ini mungkin bisa jadi kekurangan.
Software pada handheld ini juga terbilang cukup matang dengan membekali pengguna sebuah aplikasi bernama "Aya Space". Aplikasi ini dapat menjadi penghubung antara pengguna dan game-game yang telah diinstal. Mulai dari game yang diunduh di Steam, aplikasi Xbox, hingga aplikasi lainnya, akan dimuat dalam librari Aya Space tersebut.
Melalui Aya Space, pengguna juga dapat mengetahui informasi seputar spesifikasi dan suhu serta menerapkan serangkaian fitur optimasi pada game secara keseluruhan.
Ketahanan baterai pada Ayaneo Geek tergolong awet. Dengan kapasitas 50,25 WHr, perangkat ini lebih unggul dari ASUS ROG Ally. Daya tahannya mencapai 3 jam pada aktivitas gaming, serta 6-7 jam pada aktivitas video playback.
Adapun pada durasi charging-nya, perangkat hanya butuh kurang dari 2 jam untuk isi baterai hingga penuh. Performanya pun sangat kuat untuk memainkan game AAA seperti Cyberpunk 2077 dan Hogwarts Legacy, kendati frame rate-nya hanya berkisar antara 30-40 FPS. Tapi menariknya, performa game tidak jauh berbeda antara sambil di-charge dan mode baterai.
Untuk semua fitur dan spesifikasi yang ditawarkan, sayangnya Ayaneo Geek dibanderol dengan harga selangit di Indonesia, yakni Rp20 juta.
Mungkin kalau dia punya fitur-fitur ekstra seperti mode mouse pada Lenovo Legion Go, harga ini jadi masuk akal. Tapi mengingat absennya fitur pembeda dari para pesaingnya, sulit untuk perangkat ini bersaing dengan harga yang sebegitu tinggi.
16 GB LPDDR5 on-board RAM
Bluetooth 5.3, Wi-Fi 6E tri-band
slot microSD, USB-C, 3.5 mm stereo headphone jack
Steam Deck OLED punya sederet kelebihan yang membuatnya unik dari para pesaing. Yang pertama adalah panel OLED HDR yang menampilkan warna hitam lebih pekat serta warna cerah yang lebih memukau.
Kedua, ketahanan baterainya pun meningkat sekitar 30-50 persen dibandingkan Steam Deck orisinalnya. Modul termal pada perangkat ini juga mengalami peningkatan ketebalan guna mengurangi panas lebih efektif.
Dari segi layar, peningkatan terjadi pada ukuran aktif yang semula 7,0 inci menjadi 7,4 inci. Refresh rate-nya pun mencapai 90 Hz dari sebelumnya yang mentok di 60 Hz.
Memang, 90 Hz adalah laju yang kurang mulus dibandingkan 120 Hz pada ASUS ROG Ally dan 144 Hz pada Lenovo Legion Go. Namun ini membuat daya tahan baterainya lebih baik. Terlebih lagi versi OLED juga mengalami peningkatan baterai dari 40 WHr ke 50 WHr.
Kendati kontroler Steam Deck OLED tidak dapat dicabut seperti Lenovo Legion Go, namun handheld ini memiliki trackpad di sisi kiri dan kanan untuk presisi mouse-like yang lancar. Dengan begini, permainan FPS atau RTS bisa dimainkan dengan lebih nyaman.
Tombol belakang yang bisa dipetakan pada perintah dalam game juga lebih banyak, yakni sebanyak empat buah. Steam Deck OLED pun jadi lebih cocok untuk memainkan game dengan banyak shortcut, seperti MMORPG misalnya.
Steam Deck OLED juga merupakan satu dari segelintir handheld yang tidak berbasiskan Windows 11, melainkan SteamOS. Untuk proses booting dan navigasi antarmuka, SteamOS ini lebih lancar ketimbang ASUS ROG Ally. Tapi, kalau mau pakai Windows 11 juga masih bisa, yakni dengan cara menginstalnya secara manual.
Di antara handheld populer lain, Steam Deck OLED tergolong paling murah walau tidak tersedia resmi di Indonesia. Varian memori 512 GB dijual dengan harga 549 dolar AS (setara Rp8,6 jutaan), dan varian 1 TB dijual dengan harga 649 dolar AS (sekitar Rp10,2 jutaan).
Kalau mau lebih murah lagi, calon pembeli bisa pertimbangkan Steam Deck biasa (non-OLED) yang memiliki harga mulai dari 349 dolar AS, atau sekitar Rp5,4 jutaan. Ini membuatnya jadi handheld paling murah yang pernah ada dibandingkan semua pesaing beratnya.
8,4 inci 2560 x 1600 piksel touchscreen
Ryzen 7 7840U atau Ryzen 7 8840
2x USB Type-C (1x USB 3.2, 1x USB 4), 1x USB Type-A 3.0, MicroSD 4.0, 3.5mm audio
Sekilas, OneXPlayer 2 Pro tampak seperti "tablet" yang dipasangkan joystick di sisi kiri dan kananya. Penjabaran tersebut tidak sepenuhnya melenceng, karena dua joystick tersebut memang bisa dicabut-pasang.
Bentuk handheld-nya sendiri jika tidak dipasangkan joystick, memang sepenuhnya mirip seperti tablet. Bahkan perangkat ini bisa disambungkan dengan keyboard magnetis (via POGO pin) untuk dijadikan sarana produktivitas.
Namun perlu diakui, absennya tombol makro yang bisa dipetakan sesuka hati cukup menempatkan OneXPlayer 2 Pro pada posisi yang sulit di antara para pesaingnya. Untuk sejumlah game eksklusif di PC, dibutuhkan pemetaan tombol yang melimpah dan ini tidak ditunjang dengan maksimal pada handheld tersebut.
Untuk versi keluaran 2024, OneXPlayer 2 Pro dikemas dengan prosesor AMD Ryzen 7 8840 yang merupakan generasi terbaru di tahun tersebut. Pengolah grafisnya (GPU) mengandalkan AMD Radeon 780M yang setara dengan NVIDIA GeForce GTX1650. Jadi, dia sudah kuat jalankan game AAA masa kini dengan frame rate lancar.
Karena berbasis Windows 11, handheld ini tidak hanya cocok digunakan untuk gaming, melainkan bisa disulap menjadi laptop dan tablet. Selain versatile, kelebihan perangkat ini adalah kapasitas baterainya yang jumbo yakni 65,6 WHr. Bahkan perangkat ini sudah disertai charger GaN berdaya 100 watt untuk durasi charging secepat kilat.
OneXPlayer 2 Pro 2024 dilepas ke pasar Cina dengan harga rilis 6.999 yuan atau setara Rp15,4 jutaan (RAM 32 GB/1 TB) serta 7.999 yuan atau sekitar Rp17,6 jutaan (RAM 32 GB/2 TB). Tidak diketahui kapan atau jika handheld ini akan dirilis di Indonesia.
6 inci 1920 x 1080 piksel, touchscreen. 40/60 Hz
64 GB/32 GB RAM LPDDR5x 7500 MT/s
M.2 NVMe 2280 SSD 512GB / 2TB / 4TB
4G LTE (modul), Wi-Fi ax, Bluetooth 5.2
1 x USB4 (40 Gbps) 1 x USB 3.2 Gen 2 Type-C 1 x USB 3.2 Gen 2 Type-A 1 x microSD card slot 1 x 3.5mm audio jack
Semua handheld memang dirancang untuk lebih mungil dari PC atau laptop. Tapi soal ukuran yang compact, rasanya tidak ada yang bisa kalahkan GPD Win 4. Bentuk bodinya yang kecil sudah mencakup keyboard secara built-in yang bisa digunakan setelah layar di-slide ke atas.
Bentuk bodinya sedikit mengingatkan saya akan PlayStation Vita, namun jelas yang satu ini punya kapabilitas hardware yang lebih mutakhir. Berbekal AMD Ryzen 7 6800U sebagai APU-nya, handheld mungil ini bisa jalankan game PC sekelas AAA dengan frame rate mulus.
Kalau butuh performa lebih tinggi, GPU Radeon 680M miliknya bisa "di-upgrade" ke VGA diskrit melalui eGPU. Tinggal mencolokkan eGPU enclosure ke port Thunderbolt 4 yang tersedia, Anda sudah bisa rasakan performa yang luar biasa.
Selain hadirkan keyboard kecil, GPD Win 4 juga menyediakan fitur Optical Finger Navigation untuk menggerakkan kursor mouse (berbentuk trackpad kecil). Uniknya lagi, perangkat ini mendukung docking station untuk tampilkan isi layar ke monitor eksternal, serta mendukung modul LTE agar bisa berinternet tanpa Wi-Fi.
GPD Win 4 dibanderol dengan harga rilis 799 dolar AS atau setara dengan Rp12.454.000. Harga tersebut untuk varian RAM 16 GB dengan penyimpanan 512 GB. Kalau butuh storage lebih luas, bisa dapatkan GPD Win 4 seharga 1.202 dolar AS atau sekitar Rp18.753.000 dengan RAM 32 GB serta penyimpanan 2 TB.
Perangkat handheld ini bakal terasa pas jika Anda benar-benar membutuhkan perangkat paling kecil dan ringan di antara semua handheld lain di pasaran, serta bisa digunakan untuk produktivitas on-the-go saat berada di kendaraan umum.
5,5 inci AMOLED 1920 x 1080 piksel touchscreen
8 GB hingga 32 GB DDR4X-4266
x2 USB Type-C (atas dan bawah), audio combo jack, slot microSD
Selain Steam Deck OLED, perangkat handheld lain yang pakai panel OLED adalah Ayaneo Air. Seperti namanya, "Air", perangkat ini juga memiliki bobot sangat ringan yakni tak lebih dari 398 gram. Lebih ringan dari Nintendo Switch OLED dengan bobot 420 gram.
Berbekal tombol dan joystick hall effect, perangkat ini dijamin terbebas dari isu drifting dan dead zone. Layarnya yang berukuran 5,5 inci sungguh pas di tangan, serta menampilkan gamut warna yang memanjakan mata.
Meskipun layarnya kecil, namun ia mendukung sudut penglihatan seluas 175 derajat sehingga kualitas gambarnya tetap tidak berkurang meski dilihat dari sudut tertentu.
Melakukan navigasi pada Windows 11 di perangkat ini cukup nyaman dan menyenangkan. Namun perlu diketahui, jangan harap bisa mengetik dengan nyaman menggunakan on-screen keyboard di perangkat ini.
Anda akan merasakan pengalaman mengetik yang lambat jika melalui layar sentuh, dilansir dari IGN.com. Alangkah baiknya membeli aksesoris docking serta menggunakan keyboard eksternal tambahan.
Performa dari Ayaneo Air ini sudah tergolong pas, dapat memainkan game AAA terbaru pada frame rate 30 FPS kendati pada pengaturan Low. Mengingat layarnya pakai panel OLED, tekstur gambar yang lebih rendah tidak akan terlalu mengganggu pemandangan visual saat bermain.
Memindahkan resolusi ke 720p tentu akan membuat frame rate-nya lebih mulus. Karena layarnya yang cuma 5,5 inci, resolusi rendah tidak akan terlalu menampakkan perbedaan ketimbang 1080p.
Terlepas dari kelebihan dan kekurangannya, perlu diakui Ayaneo Air adalah perangkat yang tepat jika Anda mencari desain ergonomis, ringan, dan nyaman digenggam. Keberadaan Aya Space juga dapat bantu pengguna memainkan game yang telah diinstal dari berbagai platform, seperti Steam, Epic, Xbox, dan masih banyak lagi.
Kelemahan yang paling disayangkan? Ketahanan baterainya terasa kurang dibanding para pesaingnya. Menurut GameSpot, memainkan game AAA sekelas God of War hanya bisa bertahan hingga 1 jam. Maklum, kapasitasnya memang hanya 28 WHr.
Melalui laman resminya, diketahui Ayaneo Air dibanderol dengan harga mulai dari 549 dolar AS alias sekitar Rp8,6 jutaan.
6 inci LCD IPS 1920 x 1080 piksel
4 GB DDR4-2400 onboard + 1 slot SODIMM
64 GB (eMMC), 128 GB hingga 256 GB SSD M.2 2230
USB-C 3.2, port audio 3.5 mm, microSD slot
Untuk Anda yang lebih menyukai game retro dan indie dibanding game AAA modern, AYN Loki Zero ini dijamin terasa pas. Spesifikasinya tidak cukup kuat untuk jalankan game terkini, namun ini sepadan dengan harganya yang begitu terjangkau yakni mulai dari 249 dolar AS (Rp3,9 jutaan).
Menggunakan AMD Athlon 3050e, prosesor dual core ini memang tergolong underperform dibanding kebanyakan handheld di daftar ini. Anda hanya bisa mendapatkan frame rate mulus saat memainkan game ringan seperti Story of Seasons, Rune Factory 4, Hades, dan game-game lain dengan tuntutan grafis rendah.
Tombol-tombolnya solid dengan efek hall yang mengurangi kemungkinan drifting, dan perangkat ini juga memiliki dua tombol tambahan yang bisa dipetakan untuk fungsi tertentu, termasuk digunakan sebagai jalan pintas.
Perangkat berbasis Windows 10 ini turut dikemas dengan Loki Control Center yang dapat digunakan untuk ubah pengaturan optimasi, seperti memilih mode CPU, resolusi layar, mode kipas, hingga pembatas frame rate.
Soal bentuk dan desainnya, perangkat ini masih lebih besar dari Nintendo Switch Lite namun lebih kecil dibanding ASUS ROG Ally. Tata letak tombolnya begitu familiar dengan perangkat lain seperti Ayaneo Air, juga cukup nyaman untuk ditekan dan tidak banyak mengeluarkan suara.
Daya tahan baterainya tergolong baik karena tidak digunakan untuk bermain game berat. Saat memainkan game sekelas Doom 2, perangkat bisa bertahan hingga 4 jam, dilansir dari Kei's Retro Gaming.
Pada dasarnya, AYN Loki Zero memang bukan untuk semua gamer. Butuh rasa apresiasi yang kuat terhadap game indie untuk bisa menikmati handheld satu ini. Tapi berdasarkan harganya, AYN Loki Zero tetap menawarkan value yang tinggi, terutama dari segi keindahan layar, daya tahan baterai, portabilitas, hingga kenyamanan genggam.
5,94 inci 1280 x 720 piksel touchscreen
1x USB-C 3.1, 1x USB-C 2.0, 1x USB-A 3.1, 3.5 mm port,
Perangkat gaming murah dengan performa yang cukup handal, Anbernic Win 600 punya sejumlah kelebihan yang tidak kalah bagus dengan pesaingnya. Bodi handheld ini lebih compact dan ringan, terutama dibandingkan dengan Steam Deck OLED.
Anbernic Win 600 juga dikemas dengan Windows 10 Home yang sudah terinstal sebelumnya, serta mendukung penginstalan SteamOS. Ini tentu kontras dengan Steam Deck yang hanya bisa dukung SteamOS. Kalaupun mau instal Windows di Steam Deck, Anda mesti beli lisensi orisinal secara terpisah.
Pada spesifikasinya, perlu diakui ia tidak segahar perangkat lain di daftar ini. Dengan pilihan prosesor AMD Athlon 3020e dan 3050e, pupus sudah harapan untuk memainkan game AAA terbaru dengan nyaman.
Tapi kabar baiknya, Anbernic Win 600 tak hanya sanggup jalankan game indie tapi juga permainan AAA lawas yang punya optimasi baik, seperti GTA V contohnya, dilansir dari kanal Handheld gaming! di YouTube. Varian paling dasar pada Anbernic Win 600 dihargai sebesar 300 dolar AS, atau sekitar Rp4,7 jutaan.
Sekian adalah daftar handheld gaming PC terbaik yang bisa Anda beli. Masing-masing tentu punya kelebihan dan kekurangan masing-masing, seperti jumlah tombol makro yang tersedia, kenyamanan genggam, kualitas layar, performa, hingga ketahanan baterai. Tinggal pilih sesuai dengan budget dan kebutuhan. Selamat memilih!